Rabu, 22 September 2010

Peran Amil Zakat dalam Intervensi Sosial

Ada hadis yang artinya kira-kira “tidak diutus aku melainkan untuk memperbaiki akhlak”.. lalu juga ada ayat Quran yang artinya kira-kira “tidak diutus (muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta”… secara gampang jika disambung makna al-quran dan hadis itu maka dapat bermakna “akhlak yang baik akan merahmati seluruh alam ini”..
Semua ibadah kita, semua sistem yang yang dianjurkan dalam Islam hanya bermuara pada hal tersebut diatas… yaitu perbaikan akhlak dan membangun sebuah sistem yang memberikan rahmat kepada manusia, flora, fauna, bumi dsb-nya..

Untuk menuju akhlak yang baik dimulai cara berfikir yang benar… Mind set-nya harus benar.. mengentaskan kemiskinan tidak cukup dgn memberikan modal, tapi yang paling penting harus ada intervensi social untuk membangun mental seorang pengusaha, mental yang benar (siddiq), mental yang dapat dipercaya (amanah), cara berfikir yang cerdas (fatanah) dan kemampuan komunikasi/marketing (tabligh).  Pemberian modal adalah yg terakhir yg kita lakukan dalam pemberdayaan masyarakat… Pemberian dana tanpa penyadaran hanya akan membuat ketergantungan.. Ketergantungan adalah racun yang paling berbahaya yang terkadang secara tak sengaja kita berikan kepada masyarakat miskin kita.. Sebaliknya racun-racun ini yang selalu diberikan penguasa yg mempertahankan rezim korup-nya… seperti kasus pemberian BLT-nya SBY itu..
Kalau lah memberikan modal menjadi satu2-nya hal yg vital dalam zakat, maka sangat tidak logis seorang amil mendapat 12.5% dr nilai zakat itu… Apakah adil bagiannya itu sama dengan bagian orang yang berjihad? Padahal tidak ditentukan amil itu harus orang miskin, bisa saja seorang amil adalah orang yang kaya… Dan sungguh sangat kejam jika seseorang amil mengumpulkan zakat dan kemudian membagikannya dalam antrean yang terkadang memakan korban jiwa…
12.5% itu baru terasa adil apabila seorang amil berfungsi sebagai seorang yang mampu mengentaskan kemiskinan di komunitasnya dengan dana zakat tersebut.  Jadi bagian yang 12.5% itu bukan sekedar menjaga/mencegah seorang amil untuk korupsi uang zakat… Bagian yg sebesar itu harus merupakan biaya operasional gerakan pengentasan kemiskinan..
Amil Zakat  harus orang yang mempunyai data tentang orang msikin, mesti punya kemampuan riset, mesti punya solusi serta metode intervensi sosial, mesti punya kemampuan menginkubasi bisnis,  usaha mikro atau kecil, harus memliki kemampuan dakwah dan motivator spt Mario Teguh.. harus mampu menjadikan seorang pemalas menjadi seorang yang rajin.. Harus mampu menjadikan si pesimis menjadi manusia optimis.. Yang paling penting tugas dari amil adalah menyambungkan tali silaturrahmi antara si kaya dengan si miskin… Sehingga tercipta suatu komunitas yang saling menyayangi satu sama lain…
Maka zakat tidak boleh menjadi hambar oleh tekhnologi… Saya khawatir berzakat via atm atau sms hanya akan membuat si kaya teralineasi dgn komunitasnya.. Si kaya tidak tentram hatinya akibat tidak mendengar doa orang yang menerima zakatnya.. Si miskin merasa dia tidak di bela oleh tetangga-nya.. Jika kasih sayang tidak tercipta dari ibadah berzakat ini, maka bermilyar-milyar zakat pun menjadi kehilangan esensi-nya..
Seperti surah Al-Maun, .. diceritakan tentang kita yang menghitamkan kening dengan mendirikan shalat2 ditambah sunat dan tahajjud setiap malam.. tapi ketika ada anak yatim, kita enggan memeliharanya malah memakan hartanya… Ketika datang orang miskin kita mengusirnya.. Maka kita pun di cap sebagai orang celaka karena shalat kita kehilangan maknanya… Padahal dalam urusan shalat ini kita sudah begitu repot saling mengkafirkan (antara satu mazhab dgn mazhab lain gara2 soal dgn pake usholli atau tidak.. pake qunut atau tidak), lalu kita ternyata kita masih dalam golongan yang celaka juga karena shalat kita tdk membawa faedah terhadap perbaikan akhlak kita dan perbaikan ummat… Begitu juga halnya dengan ibadah puasa kita ini dan ibadah-ibadah lainnya..
Dalam hemat saya, konsep baitul maal diperkenalkan Al-Quran dalam kisah Nabi Yusuf… kisah Yusuf menjadi Wazir Mesir bukan sekedar cerita mentakwilkan mimpi… tapi adalah soal manajemen baitul maal.. mengelola dan menyimpan pendapatan di masa subur sekaligus membagi makanan dan menangani musibah disaat paceklik… Karena itu saya melihat nabi Yusuf merupakan salah satu nabi yang visioner sekaligus operatif, mampu merancang program dan agenda negara sampai sekurang-kurangnya 15 tahun..
Jadi dalam menambah tulisan diatas, saya menyimpulkan 1) bahwa peran amil bukan sekedar mengumpulkan dan membagi tetapi merupakan pendamping dan pelkau intervensi sosial 2) bahwa esensi zakat adalah membangun komunitas dan menciptakan rekatan sosial, sehingga sebaiknya kita memperkuat zakat di komunitas kita 3) baitul maal harus mempunyai rencana dan agenda yang jelas dalam mengurus komunitas, bukan sebuah program musiman ramadhan dan lainnya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar